Sejumlah caleg dari partai kecil yang tidak lolos menduduki kursi DPRD mengaku ikhlas. Namun, mereka prihatin karena pelaksanaan pemilu kali ini masih diwarnai politik uang oleh kubu lain, yang diyakini ikut membuat anjlok perolehan suara.
Bardikari, seniman yang juga caleg dari Partai Pelopor untuk DPRD Bantul mengaku ia iklas meski tidak lolos. Namun, ia mengaku amat kecewa dan prihatin dengan pelaksanaan pemilu. Dari enam caleg Partai Pelopor untuk DPRD Bantul, tak ada satupun yang lolos.
"Teman-teman di lapangan memang belum menjumpai kecurangan yang langsung merugikan kami, misalnya jumlah suara kami dicurangi. Tapi ketika ada gelagat parpol-parpol lain melakukan money politics, mengapa Panwaslu t idak bergerak optimal," ujarnya, Minggu (12/4).
Dengan kata lain, akibat money politic ini, suara masyarakat yang secara kalkulasi pasti untuk Bardikari atau Partai Pelopor, menjadi beralih. Kekalahannya, lebih diakibatkan hal-hal tidak adil di lapangan. Pendapat senada disuarakan Afinur Endarta, caleg dari Partai Matahari Bangsa untuk DPRD Sleman.
Menurut Afinur, penghitungan suara dari semua TPS belum semuanya terekap oleh timnya. Namun sudah kelihatan bahwa dia amat sulit tembus. "Ada politik uang di lapangan, tapi mengapa tak terpantau. Rekan-rekan mahasiswa yang memantau, mengapa juga tak bisa mengungkap," ucap dia tanpa menyebut peristiwa itu terjadi di mana.
Afinur yang mengaku hanya mengeluarkan dana kampanye Rp 5 juta ini, lalu bercerita bahwa ada satu caleg partainya yang kecolongan suara. Target perolehan suara dia di salah satu kelurahan adalah 1.500 suara. Tapi hanya mendapat kurang dari 300 suara. "Ini ya karena politik uang dari kubu lain. Sangat sulit meraih suara jika kondisinya begitu," kata Afinur.
Post a Comment