Posisi Partai Demokrat berada di atas angin. Dengan hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survei, perolehan Demokrat lebih dari 20 persen dan jauh meninggalkan dua pesaing ketatnya, Golkar dan PDI Perjuangan.
Koalisi partai pengusung Susilo Bambang Yudhoyono itu diprediksi hampir dipastikan tak akan merapat ke dua lawan politiknya itu. Sejumlah partai menengah, seperti PKB dan PKS, diperkirakan akan merapatkan barisan dalam koalisi golden bridge bersama Demokrat.
Namun, pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, berpendapat, koalisi yang akan digalang Demokrat tidak untuk pengusungan capres dan cawapres. Perolehan Demokrat yang melampaui 20 persen akan membuatnya percaya diri menjagokan SBY dan mencari pendamping di luar orang partai.
"Kalau Demokrat melampaui 20 persen, prediksi saya, koalisi partai bukan untuk cawapres, tapi untuk menggalang kekuatan di kabinet. Untuk cawapres SBY, Demokrat mungkin memilih teknokrat, seperti Sri Mulyani atau siapa," kata Arie, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/4) pagi.
Koalisi dengan partai menengah untuk dijadikan basis koalisi ke depan. Namun, apakah partai yang diajak berkoalisi, seperti PKS, akan legowo tak mendapatkan jatah RI2? Mengingat, partai pimpinan Tifatul Sembiring itu mempunyai figur kuat yang pantas diajukan sebagai pendamping SBY.
"Faksi pragmatis di PKS memang akan mendorong untuk mendapat kursi RI2. Tapi, di PKS itu faksinya tidak tunggal. Kalau berpikir jangka pendek, pasti yang penting dapat jatah. Hanya, kalau berpikirnya jangka panjang, seharusnya tidak begitu," terang Arie.
Jika ngotot mendapatkan kursi pendamping SBY, menurut Arie, akan merugikan bagi PKS untuk jangka panjang. "PKS akan terkunci oleh bayang-bayang SBY dan Demokrat," ujar dia.
Demikian pula untuk PKB. Sumbangan suara masing-masing yang tidak terlalu signifikan dinilai tidak akan cukup memperkuat posisi tawar.
Post a Comment