
Rizal Ramli di Studio Liputan 6 SCTV.
Meski telah ditetapkan sebagai tersangka kasus demonstrasi anarkis di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, tahun lalu, Rizal Ramli tetap mencalonkan diri sebagai calon presiden. "Karena status tersangka hanya upaya supaya kami tak maju terus," kata Rizal dalam dialog Liputan 6 Petang SCTV, Senin (12/1). "Terus terang, sudah biasa kami ditekan" [baca: Wiranto Siap Maju sebagai Capres].
Menurut Rizal, polisi bisa saja menetapkan dirinya sebagai tersangka dengan menjeratnya menggunakan pasal berlapis. "Tapi, kalau Tuhan tidak mengizinkan, jelas tidak akan terjadi apa-apa," ucap Rizal [baca: Rizal Anggap Langkahnya Menjadi Capres Dijegal].
Menurut Rizal, setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka, justru dukungan dari masyarakat umum serta partai politik kian bertambah. "Karena mereka merasa ini tidak benar. Tidak mungkin kami terlibat dalam upaya pengrusakan dan sebagainya," kata dia.
Namun, Rizal mengakui syarat untuk maju sebagai capres amat berat. Dalam Undang-undang Pemilihan Presiden, partai politik harus memenuhi 25 persen perolehan suara pemilihan umum atau 20 persen kursi legislatif bagi yang bakal mengajukan capres serta calon wakil presiden.
Karena itu, kata Rizal, pihaknya berencana mendapat dukungan dari delapan sampai sembilan partai sebelum pemilu legislatif. "Diperkirakan (mereka) mempunyai kekuatan riil 11 sampai 15 persen," kata Rizal. Mantan Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini tak khawatir jika partai-partai tersebut nantinya menarik dukungan terhadap dirinya. "Hubungan kami jauh lebih lama daripada sekadar pembentukan koalisi," tutur Rizal.
Menurut Rizal, di Indonesia tak meungkin melakukan perubahan kecuali menjadi presiden atau RI1. Sebab, kalau hanya menjadi wakil presiden atau RI2, sifatnya sportif. "Begitu RI2 terlalu agresif seperti yang terjadi sekarang, langsung ada masalah dengan RI 1," ucap Rizal. "Jadi perubahan itu harus dimulai dari orang nomor satu di Indonesia".
Rizal tidak takut dirinya dipandang sebagai orang lama. Sebab saat menjabat Menko Perekonomian, ia meresa menjadi leadership di dalam bidang ekonomi waktu itu. "Pertumbuhan ekonomi yang hanya ditargetkan dua persen bisa kami capai 3,5 persen," tutur Rizal. "Kami berhasil merekstrukturisasi PLN dari minus Rp 9 triliun, modalnya, menjadi Rp 113 triliun tanpa menyuntikan satu rupiah pun".
Rizal menambahkan, rakyat Indonesia itu cerdas dan mempunya hati. "Mereka tahu ini cuma akal-akalan yang bersifat kaya Orde Baru. Menggunakan cara tidak demokratis untuk membungkam lawan politiknya," kata Rizal.(LP6)
Menurut Rizal, polisi bisa saja menetapkan dirinya sebagai tersangka dengan menjeratnya menggunakan pasal berlapis. "Tapi, kalau Tuhan tidak mengizinkan, jelas tidak akan terjadi apa-apa," ucap Rizal [baca: Rizal Anggap Langkahnya Menjadi Capres Dijegal].
Menurut Rizal, setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka, justru dukungan dari masyarakat umum serta partai politik kian bertambah. "Karena mereka merasa ini tidak benar. Tidak mungkin kami terlibat dalam upaya pengrusakan dan sebagainya," kata dia.
Namun, Rizal mengakui syarat untuk maju sebagai capres amat berat. Dalam Undang-undang Pemilihan Presiden, partai politik harus memenuhi 25 persen perolehan suara pemilihan umum atau 20 persen kursi legislatif bagi yang bakal mengajukan capres serta calon wakil presiden.
Karena itu, kata Rizal, pihaknya berencana mendapat dukungan dari delapan sampai sembilan partai sebelum pemilu legislatif. "Diperkirakan (mereka) mempunyai kekuatan riil 11 sampai 15 persen," kata Rizal. Mantan Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini tak khawatir jika partai-partai tersebut nantinya menarik dukungan terhadap dirinya. "Hubungan kami jauh lebih lama daripada sekadar pembentukan koalisi," tutur Rizal.
Menurut Rizal, di Indonesia tak meungkin melakukan perubahan kecuali menjadi presiden atau RI1. Sebab, kalau hanya menjadi wakil presiden atau RI2, sifatnya sportif. "Begitu RI2 terlalu agresif seperti yang terjadi sekarang, langsung ada masalah dengan RI 1," ucap Rizal. "Jadi perubahan itu harus dimulai dari orang nomor satu di Indonesia".
Rizal tidak takut dirinya dipandang sebagai orang lama. Sebab saat menjabat Menko Perekonomian, ia meresa menjadi leadership di dalam bidang ekonomi waktu itu. "Pertumbuhan ekonomi yang hanya ditargetkan dua persen bisa kami capai 3,5 persen," tutur Rizal. "Kami berhasil merekstrukturisasi PLN dari minus Rp 9 triliun, modalnya, menjadi Rp 113 triliun tanpa menyuntikan satu rupiah pun".
Rizal menambahkan, rakyat Indonesia itu cerdas dan mempunya hati. "Mereka tahu ini cuma akal-akalan yang bersifat kaya Orde Baru. Menggunakan cara tidak demokratis untuk membungkam lawan politiknya," kata Rizal.(LP6)
Post a Comment